Definisi paragraf
Paragraf atau alinea adalah satuan bentuk bahasa yang
biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Di surat kabar sering
kita temukan paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat saja. Paragraf
semacam itu merupakan paragraf yang tidak dikembangkan. Dalam karangan yang
bersifat ilmiah paragraf semacam itu jarang kita jumpai.
Dalam penggabungan beberapa kalimat menjadi sebuah paragraf
itu diperlukan adanya kesatuan dan kepaduan.
Yang dimaksud kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu membicarakan satu gagasan saja.
Yang
dimaksud kepaduan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu secara kompak
atau saling berkaitan mendukung satu gagasan itu.Yang dimaksud kesatuan adalah keseluruhan kalimat dalam paragraf itu membicarakan satu gagasan saja.
Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi dua syarat, yaitu: (1) adanya
kesatuan makna (koherensi), (2) adanya kesatuan bentuk (kohesi), dan hanya
memiliki satu pikiran utama.
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika
seluruh kalimat dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu
topik, atau satu masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang
menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu
terdapat lebih dari satu ide atau masalah.
Perhatikan paragraf di bawah ini!
Sekitar 60 hektare tanaman padi di Desa Wates, Kecamatan
Undaan, dan di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, serta sekitar 100 hektare di
Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, diserang hama keong mas. Agar
serangan keong mas tidak meluas, Kepala Bidang Pertanian Tanaman Pangan Dinas
Pertanian Kabupaten Kudus Budi Santoso dan Kepala Dinas Peternakan dan
Pertanian Kabupaten Pati Pujo Winarno, Selasa (18/4), meminta agar petani
melakukan antisipasi lebih dini. Pujo Winarno, (di depan) petani di Desa Baleadi,
Kecamatan Sukolilo, menyatakan ada sejumlah peternak mau membeli keong mas
untuk dijadikan pakan itik. (“Kilasan Daerah”, Kompas, 19 April 2006, h. 24)
Jika paragraf di atas kita cermati, nyatalah bahwa paragraf
di atas membicarakan satu topik saja, yaitu serangan keong mas. Kalimat pertama
membicarakan serangan keong mas pada tanaman padi di tiga kecamatan dalam dua
daerah kabupaten di Jawa Tengah. Kalimat kedua membicarakan langkah pencegahan
peluasan serangan hama keong mas. Kalimat ketiga membicarakan adanya peternak
yang mau membeli keong mas.
2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran
kalimat berjalan mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan
cara repetisi, penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa
penghubung antarkalimat.
Perhatikan sekali lagi paragraf di bawah ini!
Sampah yang setiap hari kita buang sebenarnya dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sampah organik, dan sampah anorganik. Sampah
organik adalah sampah yang mudah membusuk. Contohnya, sisa makanan dan
daun-daunan yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah adalah sampah yang
sulit atau tidak dapat membusuk. Contohnya, plastik, kaca, kain, karet, dan
lain-lainnya.
Pengulangan atau repetisi kata kunci sampah, sampah organik,
dan sampah anorganik membuat kalimat-kalimat dalam paragraf itu jalin-menjalin
menjadi satu kesatuan paragraf yang padu. Penggunaan kata ganti -nya yang
mengacu kepada sampah organik dan sampah anorganik selain menjalin kepaduan juga
membuat variasi penggunaan kata untuk menghindarkan kebosanan pembacanya
(Bandingkan jika kata ganti -nya dikembalikan ke kata acuannya, yaitu sampah
organik dan sampah anorganik).
Dalam penggunaan repetisi nama orang hendaknya dibuatkan
variasinya dengan kata ganti, frasa, atau idiom yang merujuk ke pengertian yang
sama untuk menghilangkan pembacanya.
Perhatikan contoh penggunaan repetisi yang variatif dalam
paragraf berikut ini!
Salah satu presiden yang unik dan nyentrik di dunia ini
adalah Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau dapat terpilih menjadi
presiden walaupun mempunyai penglihatan yang tidak sempurna, bahkan dapat
dikatakan nyaris buta. Presiden ke-4 Republik Indonesia ini di awal masa
jabatannya terlalu sering melakukan kunjungan ke luar negeri sehingga
mengundang kritik pedas terutama dari lawan politiknya. Kiai dari Jawa Timur
tersebut juga sering mengeluarkan pernyataan yang kontroversial dan
inkonsisten. Akibatnya, dia sering diminta untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Namun, mantan ketua PBNU itu tetap pada prinsipnya dan tidak bergeming
menghadapi semua itu.
(Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Insan Mulia), h. 154.)
Dalam paragraf di atas, Presiden Abdurrahman Wahid
digantikan dengan Gus Dur; Presiden ke-4 Republik Indonesia; Kyai dari Jawa
Timur; dia; mantan ketua PBNU. Selain penggunaan kata gantinya, dalam paragraf
di atas digunakan kata sambung bahkan dan kata kata penghubung antarkalimat
akibatnya dan namun.
3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama
Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama
atau gagasan pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran
utama, paragraf tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar
tetap memiliki hanya satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh
pikiran-pikran penjelas. Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam
bentuk kalimat-kalimat penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran
utama.
Jenis paragraf
Beberapa penulis seperti Sabarti Akhadiah dan kawan-kawan,
Gorys Keraf, Soedjito, dan lain-lain membagi paragraf menjadi tiga jenis.
Criteria yang mereka gunakan adalah sifat dan tujuan paragraf tersebut. Namun
karena pebicaraan tentang letak kalimat utama juga memberikan nama tersendiri
bagi setiap paragraf, penulis cenderung menjadikan topik letak kalimat utama
sebagai salah satu penjenisan paragraf. Berdasarkan hal tersebut, jenis
paragraf dibedakan sebagai berikut.
1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
Gorys Keraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis
paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut.
a) Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka
atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian
karangan itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan
perhatin pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag
sedang diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena
paragraf-paragraf yang panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.
b) Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua
paragraf yang terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat
dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf
prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu paragraf dengan
paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari
jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif,
eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan
yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa
paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada
paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk
mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini
mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam
paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan
haruslah teteap diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang,
tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa
paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul
mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama
Letak kalimat utama juga turut menentukan jenis paragraf,
dari dasar tersebut penulis menetapkan letak kalimat utama dalam paragraf
sebagai salah satu criteria penjenisan paragraf. Penjenisan paragraf
berdasarkan letak kalimat utama ini berpijak pada pendapat Sirai, dan
kawan-kawan (1985:70-71) yang mengemukakan empat cara meletakkan kalimat utama
dalam paragraf.
a) Paragraf Deduktif
Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau
kalimat utama. Kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi
menjelaskan kalimat utama. Paragraf ini biasanya dikembangkan dengan metode
berpikir deduktif, dari yang umum ke yang khusus.
Dengan cara menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf,
ini akan memungkinkan gagasan pokok tersebut mendapatkan penekanan yang wajar.
Paragraf semacam ini biasa disebut dengan paragraf deduktif, yaitu kalimat
utama terletak di awal paragraf.
Contoh :
Pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini
belum dapat dikatakan seragam.
Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan
mudah. Pemakiaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan
oleh bahasa daerah. Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah
terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan
penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas
menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf
(Deduktif), yaitu pemakaian bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum
seragam.
b) Paragraf Induktif
Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan atau perincian-perincian, kemudian ditutup dengan kalimat
utama. Paragraf ini dikembangkan dengan metode berpikir induktif, dari hal-hal
yang khusus ke hal yang umum.
Contoh :
Lebaran masih seminggu lagi, tetapi harga sembako seperti
beras, gula, minyak, tepung, telur, dan lain-lain telah naik secara signifikan.
Makanan yang biasanya dikonsumsi dalam merayakan Lebaran seperti roti, sirup,
dan lain-lain melonjak harganya. Bahan pakaian dan pakaian jadi untuk
berlebaran, seperti busana muslimah, baju koko, kopiah, kerudung, sajadah, dan
sejenisnya pun tidak ketinggalan dari kenaikan harga yang cukup tinggi. Kenaikan
harga barang-barang selalu terjadi menjelang Lebaran pada setiap tahun.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf
(Induktif), yaitu kenaikan harga barang-barang selalu terjadi menjelang
Lebaran pada setiap tahun.
c) Paragraf Gabungan atau Campuran
Pada paragraf ini kalimat topik ditempatkan pada bagian awal
dan akhir paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir berisi pengulangan dan
penegasan kalimat pertama. Pengulangan ini dimaksudkan untuk lebih mempertegas
ide pokok karena penulis merasa perlu untuk itu. Jadi pada dasarnya paragraf
campuran ini tetap memiliki satu pikiran utama, bukan dua.
Contoh :
Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Bagaimana orang bisa mengetahui ilmu dari berbagai belahan
dunia. Dari buku pula kita bisa menambah pengetahuan maupun pengalaman. Jelaslah
bahwa buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf,
yaitu buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Sedangkan
penegasan ide pokoknya terdapat dalam akhir kalimat, yaitu jelaslah bahwa
buku sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.
d) Paragraf Tanpa Kalimat Utama
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran
utama tersebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini
biasa digunakan dalam karangan berbentuk narasi atau deskripsi. Contoh paragraf
tanpa kalimat utama:
Contoh :
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908,
suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil
meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu
orang di pelbagai dusun Siberi Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat.
Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api membentuk cendawan
membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan
guntur dan terdengar sampai lebih dari 1000 km jauhnya. (Intisari, Feb.1996
dalam Keraf, 1980:74)
Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam
paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif.
Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan
bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
Paragraf tanpa kalimat utama disebut juga paragraf naratif
atau paragraf deskriptif, yang merupakan salah satu jenis paragraf yang
dibicarakan dalam penelitian ini.
3. Jenis Paragraf Berdasarkan Isi
a) Narasi
Narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan
suatu pokok persoalan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam narasi adalah :
- Biasanya cerita disampaikan secara kronologis.
- Mengandung plot atau rangkaian peristiwa.
- Ada tokoh yang menceritakan, baik manusia maupun bukan.
Contoh:
Tepat pukul 16.30 perhitungan suara pilkades di empat tempat
pemungutan suara selesai. Berita acarapun segera dibuat dan di tanda tangani,
Pak Camat mengumumkan hasilnya. Teten yang bertanda gambar padi mendapat 782
suara, Sugiono dengan tanda gambar ketela 324 suara, Paidi bertanda gambar jagung
316 suara. Suara tidak sah ada 33 lembar.
b) Deskripsi
Deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk
menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki
pemahaman yang samadengan informasi yang disampaikan.
Ciri-ciri deskripsi adalah :
- Bersifat informatif
- Pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis
- Susunan peristiwa tidak dianggap penting
Contoh :
Pagi hari itu duduk di bangku yang panjang dalam taman
belakang rumah. Matahari belum tinggi, baru sepenggalah. Sinar matahari pagi
menghangatkan badan. Di depanku bermekaran bunga beraneka warna. Angin
pegunungan membelai wajah, membawa bau harum bunga. Kuhirup hawa pagi yang
segar sepuas-puasku. Nyaman rasa badan dan hilanglah lelah berjalan untuk
sehari kemarin.
c) Eksposisi
Eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan
suatu pokok persoalan yang dapat meperluas wawasan pembaca. Untuk mempertegas
masalah yang disampaikan biasanya dilengkapi dengan gambar, data, dan
statistik.
Contoh :
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir
ini mencapai rata-rata 7-8% pertahun. Dengan demikian, pendapatan perkapita
penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat. Selain itu berdasarkan data
Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin juga banyak
berkurang.
d) Argumentasi
Argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan
lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang
kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca
untuk menyatakan persetujuannya.
Contoh :
Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup
keluarga. Ibu tidak selalu merana oleh karena setiap tahun melahirkan. Ayah
tidak pula terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya. Anakpun tidak terlantar hidupnya karena kebutuhan hidup yang
terjamin.
e) Persuasi
Persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca
sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya.
Contoh :
Menabung uang di bank lebih aman dan menguntungkan. Uang
kita akan mendapat keuntungan dari bank sesuai dengan uang tabungan yang telah
disetor. Uang kita juga akan terjaga keamanannya dari pencurian. Oleh karena
itu marilah kita menabung uang di bank sebagai jaminan masa depan kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar