Adalah
seorang raja di Medain, bernama Kobad Syahriar. Sedang perdana menteri kerajaan
itu bernama Khawajeh Alqasy. Perdana menteri ini bersahabat karib dengan
seseorang yang bernama Bakhti Jamal. Bermula persahabatan dua orang inilah
cerita Amir Hamzah dimulai.
Suatu
hari, Kawajeh memberi tahu sahabatnya, Bakhti Jamal bahwa temannya itu akan
mendapat celaka. Untuk menghindari azab itu, Bakhti Jamal harus tingal di dalam
rumah selama 40 hari. Dan sebagai orang yang sangat percaya dengan sahabatnya,
Bakhti Jamal melakukan hal yang disarankan sahabatnya tersebut.
Tetapi,
pada hari ke-39, Khawajeh mengajak Bakhti berjalan-jalan. Sebenarnya Bakhti
sudah curiga, karena Khawajeh menganjurkan ia tinggal di dalam rumah selama 40
hari, tetapi mengapa pada hari ke-39 sahabatnya mengajaknya berjalan-jalan ke
luar rumah. Tetapi karena Bakhti percaya bahwa Khawajeh adalah sahabatnya, maka
menurut pulalah Bakhti.
Entah
karena apa, Bakhti Jamal tiba-tiba menemukan harta karun yang sangat banyak.
Dan seperti yang pernah ia khawatirkan sebelumnya, ternyata persahabatan
Khawajeh tidak tulus. Karena menginginkan harta karun itu, Khawajeh membunuh
Bakhti. Sebelum meninggal, Bakhti berpesan kepada Khawajeh yang curang itu agar
menjaga istrinya yang sedang hamil dan anaknya yang akan lahir. Sebagai wujud
sesalnya, Khawajeh pun menyanggupi permohonan sahabatnya yang telah dibunuhnya
itu.
Akhirnya
janda Bakhti melahirkan seorang anak yang diberi nama Buzur Jamir. Buzur Jamir
adalah seorang anak yang cerdas. Ketika baru berusia sembilan tahun, ia sudah
menamatkan pelajarannya dan jadilah ia seorang ahli nujum. Karena profesinya
inilah ia menjadi tahu pula siapa yang sebenarnya telah membunuh ayahnya.
Khawajeh sangat takut mengetahui hal itu dan berencana menghabisi Buzur Jamir
melalui perantaraan orang lain. Tetapi orang suruhan itu tidak jadi membunuh
Buzur dan hanya menyembunyikannya saja.
Dan
pembalasan pun datang. Suatu ketika, raja Kobad Syahriar bermimpi. Sebaai
seorang perdana menteri, dipanggilnyalah Khawajeh untuk menafsirkan mimpi raja.
Ternyata Khawajeh tidak dapat menafsirkan mimpi itu. Maka raja pun memanggil
Buzur sebagai seorang nujum. Dengan rinci Buzur menjelaskan makna mimpi sang
raja. Lewat perjumpaan dengan raja itulah Buzur mengadukan semua yang dialami
dan menimpa almarhum ayahnya yang telah dibunuh oleh Khawajeh. Maka murkalah
raja kepada Khawajeh dan menyuruhnya untuk dihukum mati. Seluruh harta ayahnya
yang telah dirampas oleh Khawajeh dikembalikan kepada Buzur. Tidak hanya itu
saja, Buzur akhirnya diangkat menjadi perdana menteri di Medain, menggantikan
Khawajeh.
Sejak
saat itu pulalah Buzur selalu menjadi penasihat raja. Buzur meramal bahwa Raja
akan mendapat seorang putera dan sebaiknya dimakai Nusyirwan. Buzur meramal
juga bahwa musuh akan datang dari Arab, sehingga raja memerintahkan untuk
membunuh semua perempuan yang sedang hamil.
Nun di
tempat lain, di Mekah, adalah seorang yang bernama Abdul Muthalib yang
memperoleh seorang putra dan diberi nama Amir Hamzah. Sedangkan bujangnya,
Omayya al-Damri juga mendapat seorang anak yang dinamainya Amir ibn Omayya.
Buzur yang mendapat tugas dari raja untuk membunuh semua perempuan hamil dan
bayi yang baru lahir tidak tega membunuh dua bayi itu. Bahkan dalam
pengelihatannya, kedua bayi itu akan menjadi orang besar. Maka kedua bayi itu
tidak dibunuhnya.
Waktu
berlalu. Raja Kobad mangkat dan digantikan oleh Nusyirwan putranya. Amir Hamzah
(Hamzah) dan Amir ibn Omayya (Amir) mulai beranjak dewasa. Mereka berdua
belajar memanah. Suatu ketika mereka berdua berhasil menyelamatkan upeti Mekah
yang dikirim kepada raja Nusyirwan. Penyamun yang akan merampas upeti itu
akhirnya menyerah pada Hamzah dan menjadi pengiring Hamzah yang setia.
Hamzah
jatuh hati pada puteri raja Nusyirwan. Nama putri itu Mihrnigar. Putri itu pun
jatuh cinta kepadanya. Ketika mereka berdua sedang bercumbu di dalam istana,
Raja Nusyirwan melihatnya. Maka murkalah raja dan berencana menangkap Hamzah.
Berbagai macam cara ditempuh untuk membunuh Hamzah. Berbagai tipu muslihat
dicoba, tetapi Hamzah berhasil lolos. Pernah raja mengumpankan anaknya. Tetapi
putrinya justru tertawan oleh Hamzah. Dan pada hari ketiga, kedua putri raja
itu diantar kembali ke istana.
Begitulah
hikayat ini kemudian secara panjang lebar mengisahkan perjalanan Hamzah yang
menolong Azra memerangi Ifrit. Hamzah yang diberi hadiah topi ajaib Sulaiman
oleh Azra. Hamzah yang ditangkap oleh Herba Diw, anak Ifrit tetapi akhirnya
berhasil membunuhnya. Dan akhirnya Hamzah yang berhasil menikahi Azman,
kemenakan raja. Demikianlah hikayat Amir Hamzah. Hikayat ini merupakan hikayat
perang yang sangat digemari. Ceritanya sangat panjang. Cerita Amir Hamzah ini
semakin berkembang oleh orang Parsi yang sangat hormat pada Amir Hamzah.
Hikayat ini juga tersebar di wilayah nusantara dengan versi bahasa daerah
masing-masing. Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar